06 April 2009

SIMEULUE ; MUTIARA ELOK NAN PERMAI DI SAMUDERA HINDIA



Oleh:
Heriyansyah Sawidin Muhammad Jakfar

Dengan sampan kubelah lautan, tiada peduli terpaan angin laut selatan, dan gelombang samudera Hindia yang menghantam.
Hutan kujelajahi, bukit kudaki dan lembah kulalui. Itulah aku 'Anak Ulao' Simeulue.


Jika anda memandangi sebuah peta, dan mata anda tertuju pada wilayah Nanngroe Aceh Darussalam, akan kelihatan sebuah pulau kecil berdiri kokoh di samudera Hindia, tepatnya di perairan barat Aceh. Itulah Simeulue yang dikenal orang sebagai salah satu penghasil cengkeh terbesar di Indonesia.
Keterisoliran telah menyebabkan ia tak terlalu dikenal. Kiranya gempa dan tsunami juga membawa berkah, sebab pulau penghasil kerbau ini mulai dikunjungi dan dikenali oleh orang luar, termasuk negara asing tentunya.
Mulanya Simeulue adalah bagian dari kabupaten Aceh Barat, dipimpin oleh seorang kepala PERWAKAB (Perwakilan Kabupaten). Barulah pada tahun 1996 statusnya berubah menjadi kabupaten administratif, kemudian resmi menjadi sebuah kabupaten pada tahun 2000 berdasarkan UU No. 48 Tahun 1999.

Kilas Balik Masa Silam
Menurut cerita tutur turun temurun, pulau penghasil kopra dan minyak kelapa ini tidaklah masuk dalam kerajaan Aceh mulanya, barulah pada masa Sultan Iskandar Muda bertahta, seorang wanita Simeulue menceritakan keberadaan pulau ini kepada Sultan. Oleh karena belum tersentuh oleh dakwah Islam, Sultan mengutus seorang ulama dari Minagkabau yang dikenal dengan sebutan Tgk. Di Ujung untuk menyebarkan Islam di sana. Berdasarkan cerita yang berkembang, Tgk. Di Ujung didampingi oleh puteri Simeulue tersebut dalam pelayarannya menuju ke pulau. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, Minangkabau (Sumatera Barat dan beberapa daerah di sekitarnya) masuk dalam kerajaan Aceh saat itu.
Konon, kala itu Simeulue diperintah oleh seorang raja bernama Songsong Bulu. Beliau masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, maka dakwah Islam mendapat perlawanan yang cukup sengit, akan tetapi Allah telah berkehendak memancarkan cahaya kalimah-Nya dalam hati masyarakat Ulao. Untuk mengenang jasa beliu dalam mendalam mendakwahkan Islam, nama Teungku Di Ujung diabadikan sebagai nama jalan lingkar Simeulue hingga saat ini.

Keadaan Geografis Simeulue
Simeulue terletak di sebelah barat perairan Aceh, lebih kurang 150 Km dari lepas pantai Sumatera, luasnya mencapai 2310 km². Dengan demikian pulau ini masih lebih luas dari pada Singapura. Sekitar pantai Simeulue dipenuhi oleh pohon kelapa yang tumbuh subur. Kita juga dapat menemukan sekian banyak gunung dan bukit yang hijau oleh pohon cengkeh.
Kabupaten Simeulue terletak pada posisi koordinat 20º15’- 20º55’ Lintang Utara (LU) dan 95º40’ – 96º30’ Bujur Timur (BT). Kabupaten ini terdiri dari sekitar 41 pulau besar dan kecil, termasuk pulau Simeulue dengan total luas wilayah mencapai 205.148,63 ha. Dari luas tersebut, sekitar 55.947 ha (27,3%) adalah kawasan lindung dan 43.369 ha (21,1%) adalah kawasan budidaya. Dari pembagian kawasan tersebut terlihat bahwa tutupan lahan kawasan pulau Simeulue masih cukup luas. Secara geologis, sebagian besar pulau Simeulue ditutupi oleh batuan-batuan berumur Miosen dan sisanya ditutupi oleh batuan berumur Oligosen dan batuan berumur Kuarter. Sesar-sesar beerkembang cukup baik di pulau ini dan umumnya memiliki arah Southeast (SE)-Northwest (NW) atau Northeast (NE)-Southwest (SW).
Kira-kira 2/3 pulau ini masih dipenuhi hutan lebat, karenanya ia dikenal sebagai penghasil kayu dan rotan. Akan tetapi sayang sekali, yang meraup keuntungan besar bukanlah penduduknya, melainkan 'hantu dan jin' yang datang menebang hutan, sementara masyarakat masih tetap hidup di bawah garis kemiskinan.
Alam Simeulue memiliki potensi wisata yang besar karena kemolekannya. Gelombang yang tinggi sering dimanfaatkan oleh para pelancong dari mancanegara. Demikian juga pantainya menjanjikan kepuasan bagi setiap pengunjung. Jika anda datang ke Simeulue lewat laut secara legal, anda pasti akan menikmati keindahan pelabuhan Sinabang yang 'aduhai'. Kata orang, pelabuhan Sinabang ibarat air dalam baskom, tenang karena beberapa pulau melindunginya dari terpaan angin dan badai. Puluhan pulau kecil yang ada disekitarnya, seolah menjadi menjadi pagar hias bagi pulau Simeulue.
Semenjak diemekarkan pada tahun 2002, kabuten pengekspor lobster (udang laut yang besar) ini terdiri dari delapan kecamatan ; yaitu Simeulue Timur, Simeulue Barat, Teupa Selatan, Simeulue Tengah, Salang, Alafan, Teupa Barat dan Teluk Dalam.

Penduduk dan Bahasa
Penduduk Simeulue berdasarkan SP 2000 berjumlah 57.058 jiwa. Mereka tersebar di delapan kecamatan yang ada. Isin ulao kebanyakan berkulit kuning seperti orang Thionghoa. Kebanyakan penduduk bekerja sebagai petani dan nelayan. Dahulu warga Simeulue pernah merasakan hidup makmur, ketika itu harga cengkeh cukup tinggi. Namun setelah anjloknya harga, kepahitan hidup telah mulai mencekik leher warga, terutama para petani cengkeh.
Ada tiga bahasa yang dominan di kabaupaten ini ; bahasa Defayan[i], Salang[ii] dan bahasa Jamu. Bahasa Salang digunakan oleh penduduk kecamatan Salang, Simeluleu Barat dan masyarakat kecamatan Alafan. Bahasa Simoeloel digunakan oleh penduduk di kec. Simeulue Tengah dan Teupah Selatan dan Teupah Barat serta sebagian besar masyarakat di Kec. Simeulue Timur. Orang Simeulue tidak bisa berbahasa Aceh, kecuali yang pernah merantau ke Aceh daratan.
Adapun bahasa Jamu mirip dengan bahasa Minangkabau. Bahasa ini digunakan oleh sebagian penduduk di kecamatan Simeulue Timur terutama di Ibukota Sinabang, dan sebagian penduduk yang tersebar di berbagai kecamatan.
Di samping itu, terdapat dua bahasa yang hanya digunakan sebagian kecil penduduk. Kedua bahasa tersebut adalah bahasa Langi di kecamatan Alafan dan bahasa Lekon di kecamatan Teluk Dalam.

Budaya dan Adat Istiadat
Dalam hal adat istiadat, Simeulue tidak jauh berbeda dengan masyarakat Aceh pada umumnya. Hal tampak jelas dalam acara perkawinan atau khitanan. Demikian pula pakaian adatnya.
Namun ada beberapa kesenian yang khas bagi pulau ini, antara lain: Nandong, Buai, Nanga-nanga dan lain-lain. Nandong adalah menyanyikan syair-syair berbahasa daerah yang berisi nasehat-nasehat atau hikayat, disertai dengan pukulan gendang dua sisi yang bentuknya seperti tabung. Kesenian ini hanya dibawakan oleh kaum laki-laki.
Adapun Buai biasanya dilakukan oleh perempuan, berisi nyanyian syair yang mengandung pujian atau nasehat. Sedangkan Nanga-nanga merupakan nanyian yang berisi ratapan atau cerita kepahitan hidup. Ketiga kesenian ini pada dasarnya adalah nyanyian, namun dibawakan dengan irama khas yang berbeda antara satu dengan lain.
Di antara adat orang Simuelue juga adalah acara Dabus (Dabui), yaitu acara unjuk kebolehan memainkan benda-benda tajam seperti pisau, parang, kampak dan lain-lain, dengan menghujamkannya ke tubuh si pemain Dabus. Bahkan yang paling mengerikan, kadang-kadang ada yang menggunakan mesin sinso! Namun saat ini, dabus sudah agak jarang diadakan.
Beberapa adat lainnya yaitu: acara manepet (turun anak), menegakkan rumah, berdoa di blang (sawah) dan sebagainya.

Penghasilan Utama
Simeulue dikenal sebagai penghasil cegkeh, kopra dan minyak kelapa. Potensi hutan juga sangat menggiurkan, kayu dan rotan diekspor ke luar dalam jumlah besar. Banyaknya lahan yang masih 'nganggur' sangat menjanjikan dalam bidang pertanian. Tapi sayang, sarana tranportasi yang buruk menyebabkan warga tidak dapat memasarkan hasil pertaniannya. Laut juga memberikan penghasilan yang besar. Puluhan ton udang, lobster, ikan kering dan tripang diekspor setiap minggu. Demikian juga Simeulue dikenal dengan kerbaunya yang berdaging manis. Kerbau Simeulue sangat banyak, mereka hidup bebas di hutan belantara. Meskipun begitu, jangan coba hendak menganbil atau memburunya, karena kerbau-kerbau tersebut ada pemiliknya.
[i] Orang Simuelue Tengah menyebutnya bahasa Simoeloel
[ii] Sebagian peneliti menyebutnya bahasa Sigulai. Barangkali mereka melihat dari sisi geografis dan sosiologisnya. Namun sebagian tetua di Nasreuhe mengatakan kalau sebenarnya asal muasal bahasa orang Sigulai atau Simeulue Barat pada umumnya, adalah berasal dari Salang.

2 komentar:

  1. mudah2 han simeuulue trus meningkat kebudayaan nya jgn smpai bdaya simeulue di bawak sma orang lain

    BalasHapus
  2. Putra simeulue dan Pemerintah saling berbagi informasi supaya simeulue semakin di kenal luas

    BalasHapus